Minggu, 15 Juli 2012


FALSAFAH POHON BAMBU

Tanaman bamboo banyak terdapat disekitar kita, tumbuh dilereng-lereng bukit dan disepanjang alur sungai. Tanaman ini tumbuh dan berkembang dengan mudah di bumi kita tercinta ini. Jika kita telilit dan telah dengan seksama banyak manfat dari pohon ini, mulai dari akarnya hingga ke sampah daunnya. Jadi kita akan bertanya apanya yang menarik atau unik dari tanaman ini? . Padahal kalau mau jujur, dari segi keindahan masih banyak tanaman atau objek lain yang jauh lebih menarik. Mengapa harus bambu?.

Bila ditelaah dengan seksama, di dalam tanaman bambu terkandung simbolisasi nilai-nilai luhur yang dapat dipelajari dan dijadikan pedoman hidup. Untuk itu kita diajarkan belajar dari alam. Sejak dahulu nenek moyang kita mendapatkan ilmu pengetahuan karena mereka rajin belajar dari alam. Seperti kata pepatah “Alam terbentang menjadi guru”.

Sekarang mari kita telaah satu persati.

  1. Tumbuhkembang Bamboo
Pada saat ia bertumbuh besar, secara hampir bersamaan ia juga beranak-pinak dengan cara bertunas. Artinya bambu melakukan dua hal penting sekaligus, yaitu: merawat diri dan berkembang biak. Keduanya merupakan lambang Laku Bakti, menjaga warisan orangtua dan melanjutkannya sepenuh hati.
  1. Kelenturan
Hampir seluruh bamboo dimanapun di tumbuh dibelahan bumi ini selalu lentur, kenapa dia lentur dan tidak mudah patah. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya ruang kosong di dalam batang bambu. Ruang ini disamping bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi atau nada, juga melambangkan sifat kosong atau rendah hati. Karena ada kerendahan hati, merasa diri masih kurang, maka seseorang bisa berniat atau berkeinginan untuk belajar. Kalau tidak kosong, maka tidak ada ruang untuk menerima pendapat orang lain alias sombong.
  1. Lurus
Sidat bamboo berikutnya adalah lurus, hampir tidak pernah dijumpai bamboo tidak lurus atau bercabang. Sifat ini melambangkan kesetiaan terhadap Tuhan sangh maha pencipta dan maha segala-galanya. Dengan menghayati sikap kesetian ini, orang akan tahu kapan harus berjalan maju, berhenti atau bahkan kapan harus berjalan mundur, sehingga ia akan mencapai tempat atau cita-cita yang tepat, pas dan tidak berlebihan.
  1. Rumpun Bambu
Kalau kita melihat rumpun bambu yang rimbun, maka bisa kita melihat bahwa bambu-bambu tersebut banyak yang condong ke berbagai arah. Ada yang condong ke depan, ke belakang, ke kapan atau ke kiri. Namun meski berbeda-beda arah, rumpun bambu tetap merupakan satu kesatuan utuh, karena mempunyai jalinan akar yang menyatu, tersambung satu sama lain. Ini mengibaratkan perilaku seorang yang meski berbeda-beda, namun tetap bisa rukun.Makna lebih jauh yang bisa dipetik adalah sikap Dapat Dipercaya. Meski berbeda pandangan, kalau sudah menyangkut hal mendasar, maka perbedaan akan luruh dikalahkan kepentingan yang lebih besar. Dalam kalimat yang berbeda, kebenaran yang lebih kecil, haruslah bisa mengalah pada Kebenaran Besar atau kepentingan bersama. Di sini kebenaran kecil dilambangkan dengan arah bambu yang berlawanan, sedang Kebenaran Besar dilambangkan dengan saling menyatunya jalinan akar satu bambu dengan lainnya.

  1. Ruas
Ruas alias berbuku-buku pada batangnya. Ini melambangkan perlu adanya tahapan, tatanan atau aturan. Dalam bahasa yang lebih agamis filosofis bisa diartikan sebagai kesusilaan atau kesantunan sosial. Dengan demikian ciri khas bambu ini bisa melambangkan nilai-nilai kesusilaan. Selain bisa melambangnya makna kesusilaan ruas bambu juga melambangkan arti pentingnya sebuah proses. Ini untuk mengingatkan kita semua yang sering tidak sabar melalui proses demi proses, tahapan demi tahapan. 

  1. Akar
Nilai luhur kebenaran. Simbolnya ialah akar bambu yang menghujam lurus masuk ke dalam tanah. Ini berarti semua tindakan kita haruslah mempunyai dasar pijakan yang tepat. Dengan demikian bisa dipertanggungjawabkan secara kuat. Akar yang kuat, lurus dan menghujam dalam jauh ke bawah permukaan bumi inilah yang membuat tanaman bambu kokoh dan tidak mudah tumbang. Demikian pula seharusnya setiap tindakan kita.
  1. Jalinan Akar
Suci Hati, Tulus Hati atau Ketulusan, yang dilambangkan dengan jalinan akar bambu. Dengan adanya sifat ini maka setiap orang akan dibuka mata hatinya untuk saling menyapa, menolong dan membantu, seperti halnya bambu yang kelebihan makanan karena tumbuh di tempat yang lebih subur menolong bambu yang kekurangan makanan karena tumbuh di tempat yang kurang subur melalui transfer makanan lewat jaringan akarnya.  Salah satu sifat manusia yang membedakannya dengan binatang adalah Tahu Malu. Dengan demikian manusia yang kehilangan rasa Tahu Malunya bisa diartikan sudah kehilangan pula rasa kemanusiaannya. Tahu Malu yang dimaksud di sini tidak saja menyangkut hal yang terkait dengan kesopanan, moralitas dan kesusilaan, namun juga menyangkut kemampuan diri memberikan makna dan kontribusi bagi keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan kemanusiaan.
        
Pesan Bambu Kepada Manusia

Wahai manusia belajarlah dari si bamboo, aku tumbuh dan berkembang tidak ditempat yang datar selalu tumbuh dilereng-lereng bukit dan dipinggir sungai. Tanah suka alam pun memuji. Kalau lah tidak karena akar yang mencukam jauh ke dalam pintala bumi bukit diatas akan longsor  tebing yang curam akan runtuh. Tubuh lurus menjulang langit sehingga tanaman akar dapat merambat naik. Disaat musim rebung selalu menjadi carian orang, menjadi makanan orang sekampung. Kalau sudah besar banyak faedah jika tua tetap di pakai. Begitulah diriku ini.
Selain dari pada itu setinggi-tinggi aku mengapai langit ujung ku selalu melihat kebumi. Aku selalu rindu dan tidak pernah lupa akan asal-usul tempat aku tumbuh dan berkembang. Sesekali aku berbisik kepada rebung. Jika kalian besar nanti jangan lupakan jasa tanah yang telah membesarkan kita. Kalian harus tau membalas budi jagan seperti kacang yang lupa pada kulitnya.

Jika kalian melihat gerakanku yang lemah gemulai disaat diterpa angin entah angin sepoi - sepoi walaupun angin topan sekalipun. Dihantam dari segala penjuru mata angin bergerak mengikuti alur ditekan hingga sampai menjilat bumi tapi jangankan akan patah bercerai retak pun tidak. Tapi disaat aku mulai bersikap, akua kan naik keatas melambung ke udara siapapun tidak akan sanggup untuk menahan.

Lihatlah tubuhku, beruas berbuku-buku, berduri dan berbungkal-bungkal mata, setiap ruas dibungkus dengan kelopak, setiap kelopak ada “miang” yang siap memberikan rasa tidak nyaman bila kalian terlalu menekanku.

Disadur dari :

  1. Pitaruah ayah untuk anak laki-laki
  2. Falsfah Kong Hu Cu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar