FALSAFAH POHON BAMBU
Tanaman bamboo banyak terdapat
disekitar kita, tumbuh dilereng-lereng bukit dan disepanjang alur sungai.
Tanaman ini tumbuh dan berkembang dengan mudah di bumi kita tercinta ini. Jika
kita telilit dan telah dengan seksama banyak manfat dari pohon ini, mulai dari
akarnya hingga ke sampah daunnya. Jadi kita akan bertanya apanya yang menarik
atau unik dari tanaman ini? . Padahal kalau mau jujur, dari segi keindahan
masih banyak tanaman atau objek lain yang jauh lebih menarik. Mengapa harus
bambu?.
Bila ditelaah dengan seksama, di
dalam tanaman bambu terkandung simbolisasi nilai-nilai luhur yang dapat
dipelajari dan dijadikan pedoman hidup. Untuk itu kita diajarkan belajar dari
alam. Sejak dahulu nenek moyang kita mendapatkan ilmu pengetahuan karena mereka
rajin belajar dari alam. Seperti kata pepatah “Alam terbentang menjadi guru”.
Sekarang mari kita telaah satu
persati.
- Tumbuhkembang Bamboo
Pada saat ia
bertumbuh besar, secara hampir bersamaan ia juga beranak-pinak dengan cara
bertunas. Artinya bambu melakukan dua hal penting sekaligus, yaitu: merawat
diri dan berkembang biak. Keduanya merupakan lambang Laku Bakti, menjaga
warisan orangtua dan melanjutkannya sepenuh hati.
- Kelenturan
Hampir seluruh
bamboo dimanapun di tumbuh dibelahan bumi ini selalu lentur, kenapa dia lentur
dan tidak mudah patah. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya ruang kosong
di dalam batang bambu. Ruang ini disamping bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan
bunyi atau nada, juga melambangkan sifat kosong atau rendah hati. Karena ada
kerendahan hati, merasa diri masih kurang, maka seseorang bisa berniat atau
berkeinginan untuk belajar. Kalau tidak kosong, maka tidak ada ruang untuk
menerima pendapat orang lain alias sombong.
- Lurus
Sidat bamboo
berikutnya adalah lurus, hampir tidak pernah dijumpai bamboo tidak lurus atau
bercabang. Sifat ini melambangkan kesetiaan terhadap Tuhan sangh maha pencipta
dan maha segala-galanya. Dengan menghayati sikap kesetian ini, orang akan tahu
kapan harus berjalan maju, berhenti atau bahkan kapan harus berjalan mundur,
sehingga ia akan mencapai tempat atau cita-cita yang tepat, pas dan tidak
berlebihan.
- Rumpun Bambu
Kalau kita
melihat rumpun bambu yang rimbun, maka bisa kita melihat bahwa bambu-bambu
tersebut banyak yang condong ke berbagai arah. Ada yang condong ke depan, ke belakang, ke
kapan atau ke kiri. Namun meski berbeda-beda arah, rumpun bambu tetap merupakan
satu kesatuan utuh, karena mempunyai jalinan akar yang menyatu, tersambung satu
sama lain. Ini mengibaratkan perilaku seorang yang meski berbeda-beda, namun
tetap bisa rukun.Makna lebih jauh yang bisa dipetik adalah sikap Dapat
Dipercaya. Meski berbeda pandangan, kalau sudah menyangkut hal mendasar, maka
perbedaan akan luruh dikalahkan kepentingan yang lebih besar. Dalam kalimat
yang berbeda, kebenaran yang lebih kecil, haruslah bisa mengalah pada Kebenaran
Besar atau kepentingan bersama. Di sini kebenaran kecil dilambangkan dengan
arah bambu yang berlawanan, sedang Kebenaran Besar dilambangkan dengan saling
menyatunya jalinan akar satu bambu dengan lainnya.
- Ruas
Ruas alias
berbuku-buku pada batangnya. Ini melambangkan perlu adanya tahapan, tatanan
atau aturan. Dalam bahasa yang lebih agamis filosofis bisa diartikan sebagai
kesusilaan atau kesantunan sosial. Dengan demikian ciri khas bambu ini bisa
melambangkan nilai-nilai kesusilaan. Selain bisa melambangnya makna kesusilaan
ruas bambu juga melambangkan arti pentingnya sebuah proses. Ini untuk
mengingatkan kita semua yang sering tidak sabar melalui proses demi proses, tahapan
demi tahapan.
- Akar
Nilai luhur
kebenaran. Simbolnya ialah akar bambu yang menghujam lurus masuk ke dalam
tanah. Ini berarti semua tindakan kita haruslah mempunyai dasar pijakan yang
tepat. Dengan demikian bisa dipertanggungjawabkan secara kuat. Akar yang kuat,
lurus dan menghujam dalam jauh ke bawah permukaan bumi inilah yang membuat
tanaman bambu kokoh dan tidak mudah tumbang. Demikian pula seharusnya setiap
tindakan kita.
- Jalinan Akar
Suci Hati, Tulus
Hati atau Ketulusan, yang dilambangkan dengan jalinan akar bambu. Dengan adanya
sifat ini maka setiap orang akan dibuka mata hatinya untuk saling menyapa,
menolong dan membantu, seperti halnya bambu yang kelebihan makanan karena
tumbuh di tempat yang lebih subur menolong bambu yang kekurangan makanan karena
tumbuh di tempat yang kurang subur melalui transfer makanan lewat jaringan
akarnya. Salah satu sifat manusia yang
membedakannya dengan binatang adalah Tahu Malu. Dengan demikian manusia
yang kehilangan rasa Tahu Malunya bisa diartikan sudah kehilangan pula rasa
kemanusiaannya. Tahu Malu yang dimaksud di sini tidak saja menyangkut hal yang
terkait dengan kesopanan, moralitas dan kesusilaan, namun juga menyangkut
kemampuan diri memberikan makna dan kontribusi bagi keluarga, masyarakat,
bangsa, negara dan kemanusiaan.
Pesan Bambu Kepada Manusia
Wahai manusia belajarlah dari si
bamboo, aku tumbuh dan berkembang tidak ditempat yang datar selalu tumbuh
dilereng-lereng bukit dan dipinggir sungai. Tanah suka alam pun memuji. Kalau
lah tidak karena akar yang mencukam jauh ke dalam pintala bumi bukit diatas
akan longsor tebing yang curam akan
runtuh. Tubuh lurus menjulang langit sehingga tanaman akar dapat merambat naik.
Disaat musim rebung selalu menjadi carian orang, menjadi makanan orang sekampung.
Kalau sudah besar banyak faedah jika tua tetap di pakai. Begitulah diriku ini.
Selain dari pada itu
setinggi-tinggi aku mengapai langit ujung ku selalu melihat kebumi. Aku selalu
rindu dan tidak pernah lupa akan asal-usul tempat aku tumbuh dan berkembang.
Sesekali aku berbisik kepada rebung. Jika kalian besar nanti jangan lupakan
jasa tanah yang telah membesarkan kita. Kalian harus tau membalas budi jagan
seperti kacang yang lupa pada kulitnya.
Jika kalian melihat gerakanku
yang lemah gemulai disaat diterpa angin entah angin sepoi - sepoi walaupun
angin topan sekalipun. Dihantam dari segala penjuru mata angin bergerak
mengikuti alur ditekan hingga sampai menjilat bumi tapi jangankan akan patah
bercerai retak pun tidak. Tapi disaat aku mulai bersikap, akua kan naik keatas
melambung ke udara siapapun tidak akan sanggup untuk menahan.
Lihatlah tubuhku, beruas
berbuku-buku, berduri dan berbungkal-bungkal mata, setiap ruas dibungkus dengan
kelopak, setiap kelopak ada “miang”
yang siap memberikan rasa tidak nyaman bila kalian terlalu menekanku.
Disadur dari :
- Pitaruah ayah untuk anak laki-laki
- Falsfah Kong Hu Cu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar